Stasiun Tugu Yogyakarta, 29 April 2010
Pagi cerah di langit Yogyakarta, kota idaman,kota tercinta.. berangkat dari Jogja
ke Jakarta menuju Serang, dengan nada lirih tertahan seolah ada beban berat ada dalam hatinya, : “syukuri yang ada, katakana
Alhamdulillah tiap ada rejeki dan jangan pernah mengeluh. Nanti pasti ada jalan
yang lebih baik.”
pelan.. dan yaa.. sangat pelan, tapi bagiku sangatlah keras terlontar menujam dalam ke relung hatiku... Penuh dengan arti dan makna kata-kata yang terucap
dari mulut manis kekasihku dan bahasa tubuhnya ketika di Stasiun Tugu
Yogyakarta saat mengantarkan keberangkatanku ke Serang setelah liburan. Kereta
berjalan aku masih belum beranjak menuju kursiku, tetap terpaku berdiri di
pintu kereta sambil menatap dalam kekasih ku yang makin lama tak terlihat.
Dan
sangat Nampak dimataku, kekasihku tidak memiliki keberanian menatapku
lama-lama, dia membalikkan badan sesaat setelah aku masuk ke pintu kereta api.
Tangis..ya mungkin tangisnya tertahan saat melepas kepergianku, dan dia tidak
ingin memperlihatkan kepadaku betapa pilu hatinya saat itu. Dari itu akupun
berjanji dalam hati sembari kuingat kata-kata kekasihku tadi, aku berjanji pada
diriku, aku akan tunjukkan kepada kekasihku dan orang yang mencintaiku bahwa
saat nanti aku pulang bukanlah aku yang biasa-biasa, tetapi aku yang luar
biasa..
Sering aku pulang dan tujuanku satu,
menemui kekasihku, berjumpa dengannya dan memang dengan itulah kekuatan yang bisa memulihkan
kondisiku.
Aku maupun kekasihku tahu keadaan sewaktu
bergelut dengan pekerjaan di kota itu, keras.. sangatlah keras. Dan mungkin yang membuat
istriku miris adalah ketika saat aku berkunjung ke Jogja, sangat-sangat kuyu
keadaanku, kurus kering tidak terawat (kata dia). Sebenarnya tidak tega aku menceritakan
mengenai keadaanku disana, sangatlah menguras pikiran dan tenaga sewaktu
bekerja disana. Memang jabatan yang dipercayakan kepadaku bukanlah jabatan
biasa, tapi jabatan managerial dengan berpuluh-puluh karyawan dibawahku, tapi
dalam pekerjaan tidaklah seenak jabatan yang ku emban, melainkan lebih keras daripada
kuli panggul yang ada di pasar-pasar (bukan kiasan tapi memang betul adanya..).
Dan memang dari gajipun disana sangatlah
minim, memang betul baru pertamakali aku bekerja selepas dari kelulusanku dan bukan salari yang aku capai melainkan pengalaman yang ingin ku kumpulkan. Memang betul pengalaman yang ku dapat, pengalaman hidup menjadi seorang (maaf saya katakan) JONGOS..
setelahnya..
Entah kenapa ketakutan yang kurasai..saat sewaktu kekasihku menanyakan tentang keseriusan hubungan kita,
akan dibawa kemana kelanjutan hubungan yang sekarang. Tidak hanya sekali-dua
kali aku menghindari pembicaraan itu. Saat itu sangat bergejolak dalam hati,
mau jadi apa kelak dia jika menikah denganku, akan kukasih makan anak istriku kelak..
Jawabanku hanya satu, dan bahkan jawaban semua lelaki pasti sama, aku menjawab,
aku serius denganmu & tidak main-main, dan aku akan membawa hubungan ini ke
jenjang lebih, tapi jika/setelah aku sudah mampu mencukupi semuanya. Pada waktu itu
sekedar untuk mencukupi kebutuhanku sehari-hari amat sangatlah minim, bahkan
kadangkala kekurangan.
Supervise Produksi yang banyak orang dan keluarga
di kampung meng-elu-elukan, banyak orang ingin mencapainya. Yah mungkin di lain
tempat memang sangat prestisius, tapi di tempatku bekerja saat itu sebaliknya.
tidaklah ada hobi yang kusalurkan di kota itu, seperti hobi-hobiku dulu. tidak pula ada kesenangan seperti masa-masa sekolah. saat nadir ada pada napas kehidupanku, hanya satu yang mungkin sikit membantu menyegarkan mentalku, kata-kata manis di Stasiun Tugu dulu.. yah memang benar hanya itu yang selama ini aku santap..
Sejalan dengan itu, entak kerana kesepian atau bingung apa yang akan kuperbuat, lembaran-lembaran, catatan2 kecil semasa menimba ilmu di Jogja ku buka kembali, bosan..memang bosan membacanya tapi justru malah memberiku dahaga yang sangat mendalam untukku membaca lebih dalam dan bukan pada buku-buku dimasa kuliah, tapi buku2 lainnya. Entah kenapa ada satu kata yang mungkin aku cerna dalam-dalam, ahirnya kulakukan kata-kata itu. yah benar..aku cabut dari tempat kerjaku yang keraas itu.
aku keluar.. dan Pekejaan baru menungguku..
mungkin sampai disini tulisanku, masih panjang sebenarnya tulisanku. tapi mungkin sedikit tulisanku dan sedikit pula yang bisa dimaknai. Tapi jika percaya dengan suatu hal, maka percayailah dengan sepenuh hati. dan semua akan berubah.
Teruslah bergerak dalam perubahan.. Lanjutkan Hidupmu..
Jangan berhenti bercita-cita, teruslah ukir cita-cita..
Janganlah terlampau jauh mencapai cita-cita, (itu bukanlah Cita tapi angan-angan, bedakanlah Angan-angan dan Cita-cita) dan jangan pernah berhenti pada satu cita-cita..
Salam Satu jari..eh Dua Jari.. Eh Tiga Jari aja.. hehehee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar