Macao
Makau terletak pada
70 km sebelah barat daya Hong Kong dan 145 km dari Guangshou. Ia adalah koloni Eropa
tertua di Cina, sejak abad ke-16. Pemerintahan Portugal menyerahkan kedaulatan
terhadap Makau kepada Republik Rakyat Cina (RRT) pada 1999, dan Makau kini
merupakan sebuah Daerah Administrasi Khusus Cina.
Penduduk Makau
kebanyakan bertutur dalam Bahasa Kantonis; selain itu, Bahasa Mandarin, Bahasa
Portugis dan Bahasa Inggris juga digunakan.
”Makau
terletak pada 70 km sebelah barat daya Hong Kong dan 145 km dari Guangzhou. Ia
adalah koloni Eropa tertua di Tiongkok, sejak abad ke-16. Pemerintahan Portugal
menyerahkan kedaulatan terhadap Makau kepada Republik Rakyat Cina (RRT) pada
1999, dan Makau kini merupakan sebuah Daerah Administratif Khusus Tiongkok. Penduduk
Makau kebanyakan bertutur dalam bahasa Kantonis; selain itu, bahasa Mandarin,
bahasa Portugis dan bahasa Inggris juga digunakan. Makau adalah satu-satunya
kota di Tiongkok yang diperbolehkan mempunyai kasino. Kasino di Makau merupakan
atraksi wisata yang mengundang kedatangan para pejudi dari Hong Kong dan negara
Asia lainnya.”
Kawasan seluas 6 mil persegi, berpenduduk setengah juta jiwa di pojok
tenggara daratan Cina tersebut merupakan kota kuno, dibangun pada abad
XV. Makau mempunyai gereja lebih banyak dari Vatikan, tempat Sri Paus
yang sekaligus Uskup Roma, bertahta. Di masa lalu, kekuasaan Uskup Makau
sangat luas. Seluruh wilayah misi dari Goa di Pantai Barat India sampai
Maluku di Indonesia bagian timur dan ke utara hingga Nagasaki, Jepang.
Warisan Dewi A-Ma
Selain mencari hiburan malam, banyak wisatawan datang karena
terpesona warisan sejarah Makau. Kuil paling kuno tempat Dewi A-Ma
dipuja terletak di dekat pelabuhan. Kuil tersebut dibikin tahun 600 oleh
Dinasti Ming.
Di kuil ini pula, tahun 1557 Kaisar Cina menyerahkan Makau kepada
Portugal. Masyarakat setempat memberi nama Ma Kok Miu, artinya Kuil Ma.
Kemudian pendatang Cina menyebutnya A Ma Gao dengan makna, Teluk A Ma.
Orang Portugal yang kemudian menguasai wilayah tersebut menyebutnya
Macau.
Warisan masa lalu yang lain adalah Leal Senado (tanda kesetiaan),
terletak di tengah kota. Istilah kesetiaan disahkan pada 13 Mei 1809
oleh Raja Portugal John VI. Sebutan tersebut lahir karena warga setempat
tetap setia dan masih terus mengibarkan bendera Portugal ketika Spanyol
merebut (sementara) tahta Portugal. Namun, kunjungan ke bekas rumah Dr.
Sun Yat Sen yang sekarang dijadikan museum paling menarik. Dia bapak
bangsa Cina modern yang sangat dihormati, baik oleh pemerintah Beijing
maupun Taipei. Dr. Sun lahir di Dusun Cuiheng di seberang perbatasan,
kemudian menetap di Makau ketika bekerja di RS Kiang Vu sambil
merumuskan pemikiran revolusionernya untuk membangun Cina.
Mengapa bangunan baru? Dengan tangkas Gabriella menjelaskan,
“Menjelang perang melawan Jepang, rumah Dr. Sun dijadikan gudang peluru.
Tahun 1930 terjadi ledakan yang menghancurkan seluruh bangunan.
Terpaksa, dibikin rumah baru dengan mengacu gambar lama.”
Pengalaman kehancuran juga menimpa Katedral Santo Paul, yang
dilukiskan sebagai gereja Katolik paling indah se-Asia. Tahun 1601
gereja tersebut terbakar. Tahun berikutnya, di tempat sama dibangun
gereja baru yang jauh lebih indah.
Tahun 1835, percikan api dari dapur membakar habis semuanya, termasuk
perpustakan dengan koleksi ribuan buku kuno. Sekarang, yang tersisa
hanya sebuah dinding eks katedral, secuil kenangan atas semua keindahan
tempo dulu.
Relik St Francis Xaverius
Antara kedekatan ke surga dan ajakan ke neraka, Makau punya beragam
pesona. Yang paling mengesankan gereja sekaligus seminari St Joseph yang
dibangun tahun 1746.
Dulu di sini tersimpan relik (peninggalan) St Fransiscus Xaverius.
Relik tersebut sekarang dipindahkan ke Kapel St Francis di Pulau
Coloane, di depan pelabuhan. Meski kecil, bangunan kapel di sana indah
sekali karena dulunya sisa dari reruntuhan bekas kebakaran di Katedral
St Paul.
Letak Makau yang strategis menjadikan kota ini memiliki posisi
penting. Ketika Kaisar Cina di awal abad XVIII melarang datang pedagang
asing, kapal-kapal Eropa harus singgah di Makau, sebagai satu-satunya
pintu masuk ke daratan Cina. Tentu saja, status monopoli tersebut memacu
tumbuhnya perekonomian setempat.
Dengan ceria Gabriella menjelaskan, “Makau punya kaitan dengan
Indonesia. Tahun 1622 armada VOC berangkat dari Batavia (kini Jakarta)
menyerbu Makau.” Dalam pertempuran sengit, tentara Portugal yang
mempertahankan Makau sudah hampir menyerah. Entah kebetulan atau memang
dia bekas tentara, seorang pastor Jesuit, Jeronimo Kho, menyulut meriam.
Tembakannya tepat sasaran dan menewaskan laksamana Belanda yang
memimpin penyerbuan. “Sejak itu, armada Belanda tidak pernah berani
mengganggu Makau.
source: wikipedia indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar