Warga Rumania merayakan
tergulingnya presiden pro-komunis Ceausescu.
“Rezim komunis Ceausescu di Rumania sangatlah brutal dan tidak ada pihak oposisi. Runtuhnya rezim diktator ini juga berjalan penuh darah dan kekerasan.”
21 Desember 1989 di Bukarest. Nicolae Ceausescu berpidato untuk terakhir kalinya. Rakyat Rumania
menyuitinya dan Ceausescu mencoba menenangkan massa tetapi tidak berhasil.
Rezim Ceausescu hancur di hari berikutnya. Dan ini juga merupakan awal dari
berbagai peristiwa yang sampai sekarang tidak bisa dijelaskan sepenuhnya.
22 Desember 1989, setelah diktatur sudah runtuh tetapi selama
berhari-hari masih ada pertikaian antara tentara dan para pejuang elit dari dinas rahasia Securitate yang setia
kepada Ceausescu. Mereka sering disebut sebagai teroris. Keadaannya kacau.
Tentara menembak rakyat sipil dan saling membunuh. Sekitar seribu orang tewas
dalam peristiwa ini. Banyak warga Rumania menganggap aksi kerusuhan ini adalah
rekayasa untuk mengesahkan kekuasaan presiden selanjutnya, Ion Iliescu. Sampai
sekarang kejadian ini masih menggerakkan hati masyarakat Rumania, karena
kebanyakan orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan tidak diidentifikasi
atau tidak dihukum. Ini dibantah Iliescu, menurutnya ini hanyalah sebuah omong
kosong dan ketidaknormalan sengketa politik.
1989, Ion Iliescu tiga kali terpilih menjadi presiden
di era baru Rumania. Ia awalnya adalah anak kesayangan Ceausescu, lalu ia tidak
disukai lagi. Selain mengatakan, bahwa dirinya adalah korban dari kekacauan
berkarakter teroris itu, Iliescu juga membela proses pengadilan Nicolae dan Elena Ceausescu yang dijalankan secara rahasia di sebuah tribunal
militer.
Tanggal 25 Desember 1989, setelah sidang
selama dua jam, pasangan diktatur ini dijatuhi hukuman mati dan langsung
dieksekusi. Tindakan ini merupakan lelucon yuridis. Namun menurut Iliescu,
pemerintahannya bertindak sesuai dengan undang-undang yang dibuat Ceausescu.
Sebagian masyarakat Rumania memuja Iliescu,
sebagian lain membencinya dan melihat Iliescu sebagai orang yang mengkudeta
pemerintahan Ceausescu. Tetapi setelah itu, di masa pasca komunis, tetap saja
menerapkan aturan yang sama dan memakai dinas rahasia Securitate. Radu Filipescu, yang mendekam di
penjara selama tiga tahun karena menyebarkan selebaran anti diktator Ceausescu,
tidak marah kalau mengingat masa lalu.
"Terlalu tinggi harapannya, kalau kita
langsung menginginkan demokrasi yang seimbang. Tidak ada mitra politik dan
partai yang kuat untuk ini. Semua partai diawasi dan diinfiltrasi. Karena itu
komunisme terus berlanjut. Tetapi setelah 20 tahun, terlepas dari segala
rintangan, Rumania telah meraih sasaran-sasaran terpentingnya. Yaitu menjadi
anggota NATO dan Uni Eropa. Keadaan ekonomi kita tidak terlalu bagus tetapi
kita bisa puas dengan apa yang kita miliki di Rumania.”
Tetapi korban persitiwa akhir Desember 1989 tidak bisa puas. Salah
satunya Anghel Cioran, seorang ahli
fisika berusia 82 tahun. Anak satu-satunya tewas ditembak prajurit militer di
hari Natal 1989. Anghel Cioran dan istrinya tidak akan pernah tahu keadaan
sebenarnya saat itu. Kejadian ini hanya dimasukkan ke dalam arsip dan prajuritnya
tidak pernah dihukum. Pasangan Cioran masih sedih sampai sekarang. Namun mereka
tidak ingin balas dendam. Yang mereka inginkan hanyalah pengakuan Ion Iliescu,
bahwa dirinya telah berbuat kesalahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar