Jum'at, 19 Desember 1997
Pesawat
Boeing 737-300 dengan nomor penerbangan MI-185 milik perusahaan
penerbangan SilkAir, Singapura, hari Jumat (19/12) sore sekitar pukul 16.30 WIB
meledak di udara dan jatuh berkeping-keping di perairan Sungai Musi, Parit 12,
Kecamatan Sungsang, Kabupaten Musibanyuasin, sekitar 70 kilometer utara Palembang,
Sumatera Selatan.
Pesawat
itu lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta pukul 15.23 WIB
dengan tujuan Singapura. Sampai pukul 23.00 WIB semalam, belum diketahui nasib
97 penumpang dan tujuh awak pesawat. Dirjen Perhubungan Udara Sikado
sebagaimana dikutip Antara memperkirakan semua penumpang dan awak pesawat
SilkAir tewas.
Kepolisian
Sektor (Polsek) Sungsang, Musibanyuasin, begitu menerima laporan, langsung
mengerahkan personel untuk memberi pertolongan. Tim SAR Polda Sumsel dipimpin
Kepala Kepolisian Daerah Brigjen (Pol) Deddi Ganrijadi Gantika, sekitar pukul
19.00 menuju ke lokasi menggunakan speed boat. Palembang-Sungsang bisa ditempuh
dalam waktu dua setengah jam.
Menteri
Perhubungan Haryanto Dhanutirto semalam pukul 22.30 WIB dengan pesawat khusus
Beechraft King Air dari Halim Perdanakusuma langsung berangkat ke Palembang.
Ikut bersama menteri, Dirjen Perhubungan Udara Zainuddin Sikado, Kepala
Basarnas Harinto dan Ketua Aircraft Accident Investigation Commission (AAIC)
Prof Oetarjo Diran.
Sementara
itu, Kepala Satuan Polisi Perairan dan Udara (Airud) Sumsel Letkol (Pol) Drs
Syafei Aksal mengatakan kepada wartawan Kompas, Yurnaldi, pihaknya telah
menemukan sejumlah paspor penumpang. Paspor antara lain atas nama Lajla (warga
negara Bosnia-Herzegovina, bekas Yugoslavia) dengan nomor 489382. Kemudian
paspor Amerika
Serikat atas nama Darlante dengan nomor 281210, paspor Singapura atas nama Wijik,
paspor Indonesia atas nama Herman Anggoro dan Ananda Singgih. Selain itu
ditemukan juga kartu tanda penduduk (KTP) atas nama Suryani dengan alamat tak
jelas.
Mengutip
manifes penerbangan, dalam pesawat bermesin jet ganda CFM56-3B2 buatan patungan
General Electric (AS) dan Snecma (Perancis), terdapat 40 warga Singapura, dua
Jepang, 23 Indonesia, empat Jerman, 10 Malaysia, lima Amerika, lima Perancis,
tiga Inggris, masing-masing seorang Bosnia, Austria, India, Taiwan, dan
Australia.
Salah seorang korban adalah Kepala
American Express Bank untuk Asia Tenggara dan Selatan, Susan Picardello.
Disebut juga, Ely W Sundari, wartawan mode pada harian Bisnis Indonesia,
termasuk dalam daftar penumpang. Kompas yang menghubungi pihak Bisnis Indonesia
menyebutkan, Ely dalam perjalanan berlibur ke Pukhet, Thailand, melalui
Singapura, sebelum sekolah ke Jepang.
Juru
bicara Singapore Airlines (SIA), Rick Clements kepada kantor berita AFP
menyatakan, enam dari tujuh awak pesawat adalah warga Singapura dan seorang
lainnya kopilot warga negara Selandia Baru. Polisi Singapura dilaporkan membuat
batas pengaman pada bagian pelayanan SilkAir di Bandara Changi International Singapura,
di mana para keluarga korban menunggu perkembangan berita lebih lanjut.
Terapung
Kapal-kapal dan peralatan Satpol Air sudah dikerahkan ke lokasi untuk mencari
korban pesawat. Sekitar 30 personel dan tiga kapal telah dikerahkan ke lokasi.
Menurut
petugas jaga Satpol Air Polda Sumsel, dari lokasi kecelakaan pesawat, sampai
pukul 21.00 WIB, baru didapat bukti-bukti berupa puing-puing pesawat yang
terapung, termasuk enam paspor. Salah satu paspor atas nama Singgih, yang
diduga adalah seorang pilot.
Di
samping paspor-paspor itu, polisi juga menemukan sejumlah pakaian dan
puing-puing pesawat. Diduga kuat pesawat meledak di udara pada ketinggian
30.000 kaki atau sekitar 10 km, dan kemudian hancur berkeping-keping di
perairan. Tim investigasi Departemen Perhubungan berniat mengamankan wilayah
seluas 300 kilometer persegi, untuk mengumpulkan data termasuk puing-puing
pesawat.
Pihak
Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) semalam dilaporkan mengirim sebuah
pesawat angkut C-130 Hercules, dan dua pesawat helikopter jenis Super Puma,
membantu operasi pencarian pesawat dan korban.
Posisi
jatuhnya pesawat SilkAir dipastikan pada 02.26 '50 Lintang Selatan (LS) dan
104.55 '53 Bujur Timur (BT), atau tak jauh dari lokasi jatuhnya Helikopter
BO-105 milik Mabes Polri, tanggal 8 November lalu.
Dalam
jatuhnya helikopter Polri ini, tiga dari empat penumpang helikopter dengan call
signP 4016, tewas. Mereka adalah pilot Kapten (Pol) Sriyono, kopilot Letda
(Pol) Eko Prasetyo dam Satpam Bandara Sultan Iskandarmuda Blang Bintang, Banda
Aceh, Abdul Murod. Satu-satunya yang
selamat, mekanik Sertu (Pol) Zainul.
Penyebab
jatuhnya helikopter tersebut, dilaporkan akibat faktor cuaca. Kala itu
helikopter juga meledak, setelah bagian ekornya menyentuh air dalam upaya naik,
setelah permukaan air diduga sebagai daratan. Helikopter naas ini dalam
perjalanan Aceh-Jakarta lewat Batam.
Pesawat
SilkAir lepas landas dari Jakarta pukul 15.23 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta.
Pihak CASS mengemukakan, kontak dengan pesawat hilang sekitar pukul 17.15 waktu
Singapura (atau 16.15 WIB). Pesawat seharusnya mendarat di Singapura pukul
18.05 waktu setempat.
Belum ada manifes
Pihak
maskapai penerbangan SilkAir, belum mengeluarkan manifes nama penumpang hingga
Sabtu dinihari. "Kami belum mau memberikan nama-nama penumpang sebelum ada
perintah dari pimpinan kami," ujar seorang pegawai SilkAir Bandara
Soekarno-Hatta, Rusdi, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat malam.
Pengamatan
Kompasdi Bandara Soekarno- Hatta, pihak SilkAir baru bersedia memberikan nama
penumpang pesawat naas itu, jika diminta oleh pihak keluarga korban. Hal ini
dilakukan antara lain kepada pihak Kedubes AS dan Jepang yang datang ke
bandara.
Keluarga
dan kerabat korban termasuk wartawan yang mendatangi kantor SilkAir di Chase
Plaza, Jl Sudirman, serta di Bandara Soekarno-Hatta, belum memperoleh jawaban
memuaskan. Bahkan pihak Kedubes Jepang yang ingin mengetahui apakah kedua warga
negaranya ikut dalam pesawat tersebut, tidak diberikan
jawaban memuaskan.
Pegawai SilkAir di kantor Chase Plaza kemudian memberikan nomor telepon guna
bisa dihubungi keluarga korban, yakni 550-3769 dan 550-5785 (keduanya di
Bandara Soekarno-Hatta) atau SilkAir Singapura di nomor telepon,
001-65-5423311, 001-65-5455932, 001-65-5455937, 001-65-5455045, dan
001-65-5451970.
Sejak Oktober 1991
SilkAir
adalah anak perusahaan Singapore Airlines yang khusus melayani sejumlah kota di
kawasan Asia Tenggara. SilkAir mulai terbang ke Indonesia sejak Oktober tahun
1991, yang waktu itu masih menggunakan nama Tradewinds. Ketika itu, perusahaan ini menerbangi rute Singapura-Jakarta
PP dan Singapura-Medan PP. Tahun lalu, frekuensi penerbangan pesawat B-737
SilkAir ke Indonesia mencapai 27 kali seminggu, yakni dari Bandara
Soekarno-Hatta (Jakarta) 21 kali, Bandara Sam Ratulangi (Manado) tiga kali, dan
Bandara Hasanuddin (Ujungpandang) 3 kali.
Tanggal
21 Maret 1994, PT SilkAir memulai penerbangan langung Singapura-Manado seminggu
dua kali. Frekuensi penerbangan kini ditingkatkan menjadi tiga kali seminggu
sejak Oktober 1996. Maret 1995, SilkAir bekerja sama dengan Sempati meluncurkan
rute nonstop Singapura-Lombok empat kali seminggu. Mulai 29 Oktober 1995, SilkAir
bekerja sama dengan Buoraq Airlines mulai mengoperasikan penerbangan langsung
dari Singapura-Ujungpandang.
Pesawat
Boeing 737 SilkAir yang jatuh ini, sebenarnya memiliki berbagai seri, di
antaranya 737-300 yang dipakai SilkAir ini. Pesawat naas ini relatif baru,
karena baru dioperasikan SilkAir bulan Februari lalu.
Boeing
737 mampu membawa 110 penumpang, dan pertama melayani penerbangan komersial
beberapa tahun terakhir. Panjang pesawat model 737-300 adalah 33,40 meter,
dengan panjang sayap 28,88 meter dan tinggi 11,13 meter. Jika dibutuhkan,
dengan konfigurasi khusus bisa mengangkut 149 penumpang. Pada saat lepas landas
Boeing 737-300 mampu mengangkut beban sebanyak 67.999 kg. Sampai saat ini
pesawat Boeing 737-300 telah dioperasikan oleh 50 perusahaan penerbangan
-termasuk Garuda- dengan jumlah pesawat keseluruhan 345 buah.
(ds/hh/gsr/ppg/arb)
***
Daftar
Nama Sejumlah Korban (Berdasarkan Laporan Pihak Keluarga):
1. Godfrey
2. Godiva
3. Khoo Beng Yam
4. Lejla Kabadaja
5. Lauw Boon Ho
6. Lay Helena
7. Pang Swee Gan
8. Perdana Yan
9. Ely W Sundari
10. Shee Kok Chong
11. Tjiu Tjong Tjan
12. Wirawan Winnie
13. Wijaya Teddy
14. Yong Tiam Hien
15. Anggoro Herman
16. Darlymph Richard
17. Gozali Sieti
18. Godwill
19. Bonnie Hicks
20. K Karyono Lestiadi
21. Keng Konio
22. Lay Verinahuaretta
23. Oey Siok Lein
24. Seet Chrtheng
25. Suryani Rianto
26. Tan Kim Leng
27. Teo Ah Kim
28. Tan Vincent
29. Xu Chui Ven
30. Lee Been Lam
31. Koh Chong Chang
32. Tan Sor Hui
33. Tan Kek Yeong
34. Ng Soo Guan
35. Yap Sow Leng
36. Liauw Lek Ting
37. Liauw Sien
38. Liauw A Lie Gunawan.
Sumber:Pusat Informasi Kompas